Memikirkan bagaimana pelantikan akan berlangsung terkadang menjadi perkara yang sulit, walaupun sebenarnya sederhana. Tetapi harus syarat makna dan sakralitas. Bukan sekedar pembacaan berita acara dan sumpah. Tetapi para peserta pelantikan harus dikondisikan dalam suasana yang tenang dan syahdu serasa sejuk laksana menikmati menghirup udara yang terhembus menerpa embun melewati ujung-ujung sensor tubuh kita. Indah tentunya, karena akan menjadi saat yang tidak akan terlupakan sepanjang masa.
Intinya peserta akan masuk dalam situasi self hipnosis dimana kesadaran indera kita akan ditarik untuk menangkap sinyal-sinyal aura penuh hikmad. Apapun prosesi pelantikan yang akan digelar, harusnya demikian. Mungkin ini kelihatan mudah, tetapi kadangkala tetap saja situasi itu sulit tercipta. Misalkan saja, salah satu hadirin atau pesrta yang dilantik melakukan sesuatu yang lucu, semacam komentar. Atau terjadi kesalahan kecil yang terkadang menggelikan. Maka situasi penuh hidmad tersebut akan buyar.
Bagi siapapun pihak yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelantikan. Terkadang kesulitan juga merangkai kata tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam prosesi pelantikan. Sehingga harus mencari refrensi dan contoh yang kadang membuat pusing menentukan mana tahapan yang paling ideal. Hal ini dialami ketika harus merancang prosesi pelantikan Pengurus Asosiasi Bimbingan dan Konseling Islam yaitu PABKI (Perkumpulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam) pada tanggal 10 Agustus 2017, jam 08.00. di Hotel University, Jl. Adisucipto Yogyakarta. Hingga H-1 Acarapun baru berpikir keras, itupun ternyata tidak selesai, karena pekerjaan lainnya sudah silih berganti harus dilakukan. Dan waktupun keburu habis. Masa pelantikanpun tiba. Bakdha magrib dengan sedikit perintah kusuruh Mas Khaerul Anwar dosen Muda terbaru kami, yang memang sangat cepat merespon tugas di depannya, serta kreatif dan solutif. Aku suruh mengembangkan desain yang sudah aku awali bersumber dari langkah-langkah prosesi pelantikan yang diusulkan Pak Aep Kusnawan di grup Tim Inti PABKI. Awalnya saran pak Aep ini muncul setelah aku berikan ilustrasi pendek perkiraaan prosesi pelantikan berlangsung di grup WA Tim Inti pada tanggal 13 Juni 2017. Sebagaimana di gambar.
Kemudian pak Aep menyarankan demikian. Berdasarkan saran tersebut kemudian saya ketik ulang di laptop dan ditambah dengan kata-kata pelengkat yang lebih operasional. Serta dibuatlah kata-kata awal untuk sang pelantik agar bisa dibacakan oleh pelantik diikuti oleh yang dilantik. Mas Khaerul, demikian biasa saya memanggilnya, langsung mengerjakan perintah saya, karena akan segera digunakan. Sementara saya di ruang coffe break masih diskusi lagi dengan Pak Aep, terkait apa lagi agenda yang akan dilakukan di setiap detik. Di sela-sela diskusi saya kembali melihat mas Khaerul di ruang pertemuan, untuk melihat seperti apa yang telah ditulisnya. Waktu begitu cepat berlalu, pertunjukan adik-adik dari Cakruk Pintar yang dibawa Pak Bro Muhsin masih asyik menampilkan kreasi hadrah Sholawat kecil mereka. Dan seingat saya kurang lebih tiga kali wira-wiri meninjau apa yang ditulis mas Khaerul. Hingga akhirnya print outnya ada di tangan saya, kemudian saya baca. “Ok, saya rasa cukup”, saya bilang “bagus” walaupun dalam hati ada kesan kenapa harus diterjemahkan syahadat dan ayat yang ada di dalamnya. Tetapi, saya merasa, ah sudahlah mungkin ini akan menambah kemantapan dalam berikrar.
Tiga lembar yang diserahkan mas Khaerul. Pertama adalah berita acara yang harus ditandatangani oleh pelantik dan perwakilan yang dilantik. Kedua adalah pernyataan pelantikan atau ikrar. Ketiga berisi langkah-langkah prosesi pelantikan. Kemudian saya serahkan naskah pelantikan tersebut ke Pak Aep untuk dicermati. Beliau bilang “oke”, akhirnya siap.[1] Tepat setelah acara kesenian dari anak-anak Cakruk Pintar selesai. Kemudian, saya mendatangi Prof Bahri dari UIN Raden Intan Lampung. Saya bilang ke beliau, sudikah untuk melantik para pengurus dengan membacakan ikrar bersama diikuti oleh kami (berbahasa Madura). Beliau tertegun sesaat, memperhatikan tulisan Syahadatain yang menurut beliau keliru, “kok ada Lamnya?”, “Oh iyya prof keliru”. Kemudian beliau menyatakan “wah gimana ya, gak enak ada Prof. Yahya, mungkin sebagiknya beliau saja, atau sampaikan apa beliau setuju”. Akhirnya saya ke Prof. Yahya, saya bilang “Prof jenengan yang menyampaikan sambutan amanat setelah pembacaan ikrar ya”. Prof Yahya menjawab sambil menatap kertas di hadapannya. “Oke gak apa-apa”. Kemudian saya kembali lagi ke Prof Bahri. Dan beliau menegaskan. “Saya saja yang memberikan sambutan amanat setelah Prof. Yahya melantik”. “Oh baik” jawabku singkat. Akhirnya saya ke Prof. Yahya, dan saya sampaikan kalau Prof. Yahya saja yang melantik. Beliau setuju dan saya berikan naskah tersebut. Untuk dibaca dan dicermati. Kemudian saya menuju pangung.
Saya maju ke panggung untuk menyampaikan bahwa selanjutnya adalah prosesi pelantikan. Kita panggil semua peserta untuk berkumpul di ruangan. Selanjutnya membacakan tahapan prosesi dari awal sampai penutup.[2] Baik bapak ibu. Apa sudah siap, kalau sudah siap marilah kita awali prosesi pelantikan ini dengan bacaan Basmalah bersama. Baik. Pertama adalah pembacaan SK dan nama-nama terlampir seluruh pengurus DPP. Dengan mantap dan lantang seakan-akan kelebihan energi saya bacakan satu persatu nama dalam daftar setebal 7 halaman tersebut.[3] Setelah selesai, selanjutnya saya bacakan tahap berikutnya, yaitu mempersilahkan para hadirin untuk maju berbaris berbanjar menjadi dua shof,[4] tetapi rupanya formasi ini tidak disetujui beberapa peserta karena kalau diabadikan, maka gambar background di panggung tidak kelihatan. Akhirnya, Pelantik dan yang dilantik bertukar posisi. Saya berdiri di samping Prof. Bahri dan Prof Yahya di sebelah kanan, membacakan ikrar. Dengan hidmat kita mengikuti apa yang dibaca oleh Prof. Yahya. Sebagai berikut:[5]
Setelah selesai membaca ikrar, selanjutnya saya persilahkan Prof. Bahri memberikan sambutan amanat kepada hadirin yang dilantik (Karena beliau salah satu tokoh BPI/BKI yang sangat senior, yang juga mengkampanyekan adanya konseling di Fakultas Dakwah untuk mengganti kata Penyuluhan). Sekitar 7 menit beliau menyampaikan suka cita yang sangat dalam, penuh kebahagiaan. “Sesuatu yang diimpikan sejak tahun 2006 telah terwujud bersama Pak Agus di Jakarta. Kita harus bisa membesarkan PABKI ini menjadi hebat tidak kalah dengaan Asosiasi yang lain, karena kita memang memiliki kekhasan dari segi Islam”. Begitulah kurang lebina apa yang disampaikaan beliau.
Selanjutnya, saya persilahkan H. Masrury dari UIN Mataram untuk memimpin doa. Setelah berdoa kemudian Prof. Yahya dan Prof. Bahri mengucapkan selamat dan kata-kata doa kepada semua yang dilantik. Diikuti saya dan terus ke peserta lainnya bermunakofa, saling jabat dan pelukan dengan kolega sejenis. Sebagai simbol ikatan kuat diantara kita. Bahwa perjuangan menyatukan visi dalam satu tubuh dan media untuk bergandengan melangkah ke depan. Situasi ini sangat emosional, campur aduk perasaan haru, bahagia dan damai.
Akhirnya prosesi pelantikan selesai. Seharusnya setelah itu, kita mengadakan penandatangan berita acara pelantikan. Oleh pihak pelantik dan oleh perwakilan yang dilantik. Sayangnya tahapan ini terlupakan karena terbawa luapan emosi yang mendalam dalam jabat tangan dan pelukan hangat sahabat/saudara.[6]
[1] tetapi kemudian saya menyampaikan, bahwa di ruangan ada Prof. Bahri Ghozali sebagai pembina ABKI, saya rasa beliau juga berhak untuk melantik. hanya saja saya sudah terlanjur dari awal mula agenda dirancang sudah meminta Prof. Yahya yang melantik. oke pak Said samapikan saja ke beliau-beliau, bagaimna enaknya.
[2] ketika membacakan satu persatu itulah muncul kejangalan, kenapa setelah tahap nomor 4 selesai haru bermuwasofah (saling bersalaman). akhirnya tahap ini digeser menjadi tahap nomor terakhir, setelah pembacaan doa.
[3] walaupun capek, ternyata saya kokoh dan lantang membacakan nama-nama seluruh pengurus PABKI. seakan-akan energi para kawan di ruangan tersebut saya serap untuk membacakannya. sungguh sesuatu sekali.
[4] saya katakan, mohon maaf yang tingginya kurang berada di depan.
[5] saya pribadi ketika mengikuti bacaan tersebut ada terkesan panjang.
[6] memang serasa ada yang kurang lengkap kalau tidak adaa bukti dokumen terkait pelantikan ini. tetapi saya rasa ini tidak masaah. toh bukti itu tidak akan dipergunakan sebagai kedinasan. mungkin pada pelantikan-[elantikan selanjutnya perlu diadakan, biar ada dokumen bukti.